Candi Mendut: Sejarah, Arsitektur, dan Keunikan Peninggalan Buddha di Jawa Tengah
kabarejateng – Candi Mendut, salah satu situs sejarah penting di Jawa Tengah, terletak hanya sekitar 3 km dari Candi Borobudur, dan sekitar 38 km barat laut dari Yogyakarta. Candi ini merupakan contoh signifikan dari arsitektur Buddha di Indonesia dan merupakan peninggalan yang menunjukkan keagungan peradaban masa lalu.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Sejarah dan Penemuan Candi Mendut
Candi Mendut didirikan pada abad ke-9 oleh Raja Dharanindra dari wangsa Syailendra, sebagaimana dicatat dalam Prasasti Karang Tengah yang berangka tahun 824 M. Prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Dharanindra mendirikan sebuah bangunan suci bernama “crimad venuvana,” yang berarti “bangunan suci di hutan bambu.”
Menurut J.G. de Casparis dalam disertasinya pada tahun 1950, nama “Mendut” diambil dari penamaan ala Raja Indra dan kemudian dijadikan nama desa tempat candi tersebut berdiri. Sementara itu, sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya “Sriwijaya” (1960) mengaitkan Raja Indra dengan Sri Maharaja Rakai Panunggalan, raja ketiga Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno.
Candi Mendut mengalami masa kekosongan hingga abad ke-10 akibat letusan Gunung Merapi yang menyebabkan candi ini terlupakan dan tertimbun. Pada abad ke-19, B. Kersjes dan C. den Hamer melakukan survei dan menemukan kembali Candi Mendut yang telah terkubur.
Pemugaran dan Pelestarian
Pemerintah Hindia Belanda melakukan penggalian dan pemugaran antara tahun 1897 hingga 1904. Proses pemugaran ini bertepatan dengan perbaikan Candi Borobudur yang dilanjutkan pada 1908 oleh T. van Erp. Upaya pelestarian Candi Mendut secara menyeluruh baru selesai pada tahun 1925. Di samping candi, terdapat Wihara Buddha Mendut yang meliputi asrama, tempat ibadah, taman, dan patung Buddha.
Arsitektur dan Struktur Candi Mendut
Candi Mendut memiliki bentuk segi empat dengan tinggi bangunan 26,40 meter di atas batu setinggi 2 meter. Tangga menuju selasar candi terletak di sisi barat, dilengkapi dengan bilik penampil. Di dinding pipi tangga, terdapat panil berpahat yang menggambarkan ajaran Buddha, serta patung sepasang naga yang membuka mulut, di mana terdapat binatang menyerupai singa di dalam mulut naga tersebut.
Di bawah naga terdapat panil yang menggambarkan makhluk kerdil “Gana.” Dinding kaki candi dihiasi dengan 31 panil yang menceritakan kisah-kisah dan menampilkan pahatan bunga serta suluran. Selain itu, di dinding luar langkan terdapat saluran air (jaladwara).
Candi Mendut ditopang oleh atap yang terdiri dari tiga kubus yang semakin kecil ke atas, mirip dengan candi di sekitar Kompleks Candi Dieng serta Gedongsanga. Di dalam bilik candi, terdapat tiga arca Buddha yang signifikan: Cakyamuni (yang bersila), Avalokitesvara (melambangkan sifat penolong), dan Maitreya (melambangkan pembebas manusia di masa depan).
Atap candi dihiasi dengan 48 stupa yang terbagi dalam tiga tingkat: 24 stupa di tingkat pertama, 16 stupa di tingkat kedua, dan 8 stupa di tingkat teratas.
Candi Mendut adalah contoh menonjol dari arsitektur Buddha yang kaya akan sejarah dan keindahan. Sebagai salah satu peninggalan berharga dari masa lalu, candi ini terus menjadi simbol penting dalam warisan budaya Jawa Tengah. Kunjungan ke Candi Mendut tidak hanya menawarkan wawasan tentang sejarah dan arsitektur Buddha, tetapi juga memberikan kesempatan untuk menghargai kemegahan peradaban masa lalu Indonesia.
Tag: Candi Mendut, Sejarah Candi, Arsitektur Buddha, Candi Borobudur, Warisan Budaya, Jawa Tengah
Sumber artikel berita : tirto.id