10 Oktober 2024

Kerajaan Pajang: Sejarah, Runtuhnya, dan Peninggalan Bersejarah

Kerajaan Pajang: Sejarah, Runtuhnya, dan Peninggalan Bersejarah. Sumber foto : blogspot.com

Temukan sejarah menarik tentang Kerajaan Pajang, penyebab runtuhnya, serta peninggalan bersejarah yang masih ada hingga kini. Pelajari bagaimana Kerajaan Pajang, penerus Kesultanan Demak, berperan dalam sejarah Indonesia.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kabarejateng – Setelah era Kerajaan Hindu-Buddha yang berakhir, berbagai kerajaan bercorak Islam muncul di Nusantara, salah satunya adalah Kesultanan Pajang yang berpusat di Surakarta, Jawa Tengah. Kerajaan ini memiliki sejarah yang menarik, penyebab runtuhnya, serta peninggalan bersejarah yang masih dapat ditemukan hingga saat ini.

Pendiri dan Awal Berdirinya Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang didirikan pada tahun 1568 Masehi oleh Sultan Hadiwijaya, yang lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir. Awalnya, wilayah ini meliputi Desa Pajang di Surakarta dan Desa Makamhaji di Kartasura. Pembentukan Kerajaan Pajang terjadi setelah keruntuhan Kerajaan Demak pada tahun 1549 Masehi. Pada masa itu, Arya Penangsang melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan Demak. Jaka Tingkir, menantu raja Demak, berhasil menggagalkan pemberontakan tersebut dan mengalahkan Arya Penangsang menggunakan keris Kyai Setan Kober yang diberikan oleh Sunan Kalijaga.

Setelah keberhasilan tersebut, Jaka Tingkir berperan sebagai pewaris tahta Kerajaan Demak dan memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang pada tahun 1568. Dengan dukungan Walisongo, Jaka Tingkir dinobatkan sebagai raja Kesultanan Pajang.

Penyebab Keruntuhan Kerajaan Pajang

Meskipun Jaka Tingkir berhasil mendirikan Kerajaan Pajang, masa kejayaannya tidak bertahan lama. Sekitar tahun 1582, terjadi pertempuran besar antara Kerajaan Mataram dan Kesultanan Pajang. Setelah pertempuran tersebut, Sultan Hadiwijaya mengalami sakit yang berujung pada kematiannya. Kematian Sultan Hadiwijaya menjadi titik awal runtuhnya Kerajaan Pajang.

Setelah kematian Sultan Hadiwijaya, kekuasaan di Kerajaan Pajang diperebutkan oleh menantu Sultan, Arya Pangiri, dan putranya, Pangeran Benawa. Arya Pangiri akhirnya dinyatakan sebagai raja pada tahun 1583. Namun, Pangeran Benawa, yang dibantu oleh Sutawijaya dari Kerajaan Mataram, berhasil merebut kekuasaan. Pangeran Benawa memerintah selama satu tahun sebelum kematiannya pada tahun 1587. Kerajaan Pajang akhirnya hancur total ketika diserang oleh pasukan Mataram pada tahun 1618.

Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Kerajaan Pajang

Kehidupan politik di Kerajaan Pajang dipenuhi oleh konflik dan perebutan kekuasaan, terutama antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya. Selama masa kudeta, Walisongo berusaha menjaga jarak dari konflik politik, dengan filosofi bahwa mereka hanya berfokus pada urusan agama.

Dari segi ekonomi, Kerajaan Pajang terletak di dataran rendah yang strategis, sehingga mengalami perkembangan pesat terutama dalam pertanian. Pajang menjadi lumbung beras utama di Pulau Jawa dan juga aktif sebagai eksportir beras melalui jalur perdagangan Sungai Bengawan Solo. Potensi ekonominya menjadikannya sebagai daerah agraris maritim yang penting.

Dalam kehidupan sosial, masyarakat Kerajaan Pajang dikenal harmonis dengan semangat gotong royong yang tinggi. Budaya dan tradisi yang ada sejak nenek moyang turut mendukung kehidupan sosial yang kuat, didorong oleh ekonomi yang baik.

Peninggalan Bersejarah Kerajaan Pajang

Walaupun masa kejayaan Kerajaan Pajang cukup singkat, beberapa peninggalan bersejarah masih dapat ditemukan:

  1. Masjid Laweyan: Masjid tertua di Kota Solo, Jawa Tengah, yang dibangun oleh Sunan Kalijaga pada tahun 1546. Masjid ini berfungsi sebagai pusat penyebaran agama Islam dan merupakan tempat peristirahatan beberapa tokoh Islam terkemuka.
  2. Pasar Laweyan: Dikenal sebagai pusat kegiatan perdagangan pada masa Kerajaan Pajang, Pasar Laweyan kini merupakan sentra perdagangan batik tulis yang terkenal di Solo.
  3. Makam Bangsawan Pajang: Terletak dekat dengan Masjid Laweyan, makam ini menjadi tempat peristirahatan keluarga kerajaan dan bangsawan Pajang.
  4. Bandar Kabanaran: Bandar penting yang mendukung arus lalu lintas dagang dan perekonomian masyarakat Pajang. Sekarang terletak di Kampung Kidul Pasar, Kec Laweyan, Solo.
  5. Keris Kyai Setan Kober: Keris pusaka yang dibuat oleh Sunan Kalijaga dan digunakan untuk mengalahkan Arya Penangsang. Keris ini menjadi simbol penyerahan kekuasaan dari Kesultanan Pajang ke Mataram.

Kerajaan Pajang, sebagai penerus Kesultanan Demak, memberikan kontribusi signifikan dalam sejarah Indonesia. Meskipun masa kejayaannya singkat, peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada hingga kini memberikan wawasan berharga tentang peradaban dan pengaruh Kesultanan Pajang.

 

Tags: #KerajaanPajang, #SejarahPajang, #PeninggalanSejarah, #MasjidLaweyan, #PasarLaweyan, #BandarKabanaran, #KerisKyaiSetanKober

 

Sumber berita : pijarbelajar.id

About The Author